Naskah Drama “Symphoni Anak Jalanan”

Sebuah sandiwara remaja

Symphoni

anak jalanan

Karya : IGN. Arya Sanjaya

Pemain

Atet = pengamen

Iwo = pengamen

Kemal = pengamen

Abdul = petugas

Nasir = petugas

Komandan

________________________________ Symphoni anak jalanan

  • Babak Satu

Di sepotong trotoar sebuah jalan di sebuah kota, tiga remaja tanggung, Atet, Iwo dan Kemal sedang mengamen. Iwo sering bermimpi, Atet sangat acuh dengan dirinya dan Kemal senantiasa menepuk-nepuk perutnya yang selalu kelaparan. Mereka sedang menyanyikan sebuah lagu berirama dangdut.

Lagu Pengamen

Mondar-mandir di sela-sela mobil

nyanyi-nyanyi sampai suaraku sember

hilir-mudik di antara rumah makan

senyam-senyum sampai bibirku dower

andai saja kupunya rumah mobil juga

ku tak akan sengsara

andai saja kudapat hasil berjuta-juta

pasti aku traktir semua

( kepada penonton ) mau, mau, mau …

Kemal : Dapat berapa kita hari ini ?

Atet : Sebentar, aku hitung dulu. ( Menghitung uang recehan, penghasilan mereka )

Iwo : Eh, kawan-kawan, tadi malam aku bermimpi kejatuhan durian !

Atet : Benjol dong kepalamu. Eh, Wo, jangan mimpi- mimpi melulu deh !

Iwo : Memangnya kenapa kalo aku mimpi ketiban durian ?!

Kemal : Kita jadi kebelet pingin durian dong ! Ah, bego kamu !

Iwo : Iya, mimpi dulu, nanti benerannya !!

Kemal : Dasar tukang mimpi !

Atet : Sudah, sudah ! Eh, Wo, Mal, lumayan juga penghasilan kita hari ini.

Iwo + Kemal : Berapa ?!

Atet : Tiga ribu dua ratus rupiah.

Kemal : Berarti kita bisa makan sama-sama sebungkus nasi kuah sayur dong …

Tiba-tiba dua orang petugas datang dari sebuah sisi panggung, bergegas sambil meniup peluitnya. Setelah kejar-kejaran, akhirnya anak-anak itu terperangkap di salah satu pojok.

Abdul : Eh, eh, mau lari kemana kalian, hah ?!

Bertiga : Maaf pak, apa salah kami ?!

Nasir : Sudah sering dikasih tahu masih bandel juga, memangnya kalian mau jadi jagoan ya ?!

Iwo : Ampun pak, kami sungguh tidak mengerti.

Abdul : Kalian dilarang ngamen di sekitar tempat ini, tahu !!

Kemal : Maaf pak, kami tidak tahu, pak !

Nasir : Dasar anak brekele, kamu …

Atet : Betul pak, kami bener-bener tidak tahu. Baru pertama kali ini kita bertiga ngamen disini !

Abdul : Baru pertama-baru pertama, eh, kalian kira kita berdua buta apa ?! Sudah sering aku lihat kalian pada genjrang-genjreng di sekitar sini …

Iwo : Barangkali bukan kami, pak !

Nasir : Pokoknya aku tidak mau tahu, yang jelas malam ini kalian bertiga yang kami tangkap. Sekarang, ayo ikut ke kantor. Ayo cepat, cepat, cepat …!!

Bertiga : Tapi pak, bukan kami, sungguh bukan kami …

Ketiga anak itu digiring oleh petugas, mereka semua keluar.

  • Babak dua

Keesokan harinya di kantor petugas. Iwo, Kemal dan Atet duduk di bangku panjang, dua petugas, Abdul dan Nasir mendampingi mereka. Abdul duduk di belakang meja, sementara Nasir berdiri mondar-mandir dengan pentungan karet di tangannya.

Nasir : Nah, hari ini kalian bertiga akan dibebaskan. Tapi ingat, jangan sekali-sekali kulihat lagi kalian ngamen di tempat itu lagi. Berisik tahu !! Bapak pejabat yang rumahnya dekat situ empet matanya ngeliatin kamu-kamu semua… ngerti, nggak ?!

Bertiga : Ngerti bang, eh, pak !

Tiba-tiba telepon berdering, Abdul mengangkatnya. terdengar suara komandan memanggilnya menghadap kemejanya.

Komandan: Dul, harap segera datang keruangan saya !

Abdul : Siap, komandan. ( pergi ke meja komandan, yang ada di ruangan itu juga, di atas level yang agak ditinggikan )

Abdul : Siap, komandan !

Komandan: Duduklah.

Abdul : Terima kasih, ‘dan !

Komandan: Begini Dul, aku sedang bingung nih. Hari ini anakku yang nomor dua akan berulang tahun. Dan kami ingin sedikit ada perayaan di rumah, karena dia ingin mengundang beberapa temannya. Selain makan-makan ala kadarnya, aku juga minta seorang pemusik, organ tunggal untuk memeriahkannya. Tapi dasar apes, tadi pagi dia telpon, katanya nggak bisa tampil karena bapaknya meninggal. Nah, aku jadi bingung mencari gantinya ?! Kira-kira kamu punya kenalan yang bisa nyanyi nggak ?!

Abdul : Kenalan ? Rasanya nggak ada komandan.

Komandan: Atau, tolong cari tahu deh !

Abdul : Baik komandan. ( Hendak berbalik, tiba-tiba ingat sesuatu ) Maaf komandan, bagaimana kalau pengamen yang kami tangkap tadi malam saja kita suruh tampil di rumah komandan ?!

Komandan: Pengamen ?!

Abdul : Iya, komandan !

Komandan: Kamu menangkapnya di mana ?

Abdul : Di depan rumah boss, komandan.

Komandan: Oh, begitu. Ehm, boleh juga. Tapi apa mereka bisa bernyanyi dengan baik ?! Jangan-jangan mereka hanya bisa nyanyi sepotong-sepotong saja, kan di jalan mereka nggak pernah nyanyi utuh ?!

Abdul : Oh ya, ya ?! Tapi bagaimana kalau kita test saja mereka, komandan ?!

Komandan: Maksud kamu ?

Abdul : Ya, kita suruh mereka menyanyikan sebuah lagu, yang utuh tentu saja. Nah, kalau komandan anggap layak, kita tampilkan mereka di rumah komandan.

Komandan: Wah, bagus juga ide kamu. Tidak sia-sia ku manggil kamu kemari. Dimana mereka ?

Abdul : Di ruangan sebelah, komandan. Sedang diberi pengarahan oleh Nasir.

Komandan: Kalau begitu mari kita temui mereka. ( mereka berdua pergi ke ruang sebelah ).

Nasir : Siap, selamat pagi komandan !

Komandan: Pagi, semua baik-baik saja Sir ?

Nasir : Baik, komandan.

Komandan: Terima kasih. Begini Sir, tadi aku sudah cerita sama Abdul, aku butuh penyanyi untuk ulang tahun anakku Ria nanti malam. Aku ingin anak-anak ini bisa tampil, tapi sebelumnya aku ingin mendengarkan mereka menyanyikan sebuah lagu dulu.

Nasir : Siap, komandan ! ( terus mendekati para pengamen ). Kalian bertiga, kalian betul-betul beruntung, kalian bertiga mendapat kesempatan yang bagus kali ini. Kalian diminta tampil dalam acara ulang tahun anaknya bapak komandan.

Atet : Kami diminta tampil, wah kesempatan bagus nih …

Iwo : Ya, betul !

Nasir : Tapi, tentu saja kalau kalian lulus test. Sekarang kalian diminta untuk bernyanyi di hadapan komandan. Ayo, nyanyikanlah sebuah lagu, lagu apa saja, yang penting enak didengar dan sopan, jangan lagu protes-protesan, awas kalau macam-macam !!

Kemal : Baik, pak. Ayo kita nyanyikan sebuah lagu kawan.

Iwo : Iya, tapi lagu apa ?

Kemal : Lagu Judul-judulan aja ?!

Iwo : Jangan, itu saru …

Atet : Bagaimana kalau lagu plesetannya kang Harry itu ?

Iwo : Jangan, itu masuk kategori lagu protes, kan nggak boleh katanya.

Kemal : Kalau begitu, lagu ( menyebutkan sebuah judul lagu yang akan di tampilkan ) saja !

Iwo : Ya, ya, lagu itu aja, tapi kamu hafal nggak ?!

Kemal : Hafal dong …

Atet : Oke, kalau begitu !! Pak, kami siap pak !

Nasir : ( setelah mohon persetujuan komandan ) Baik, mulailah.

Mereka bertiga mulai menyanyikan sebuah lagu ( yang judulnya sudah disebutkan diatas ) yang sesuai dengan situasi serta kondisi di tempat pementasan.

Selesai nyanyian, komandan, Abdul dan Nasir bertepuk tangan.

Komandan: Bagus, bagus !!

Abdul : Dahsyat, man !!

Nasir : Asyiikkkk !!!

Komandan: Nah, sekarang bersiap-siaplah kalian. Biar kostumnya nanti diatur oleh Abdul dan Nasir. Ayo kita berangkat ( mereka keluar )

  • Babak tiga

Esok harinya, di kantor dua petugas, Abdul dan Nasir ngobrol tentang pesta anak komandan mereka tadi malam.

Abdul : Meriah banget pestanya si Ria tadi malam ya, Sir !!

Nasir : Ya, makanannya enak-enak dan melimpah, teman-temannya si Ria juga cantik-cantik dan seksi-seksi, wah, betah aku jadinya. Dan anak-anak itu juga nyanyinya nggak malu-maluin, kompak dan apik deh.

Abdul : Ya, walau peralatan mereka sederhana, tapi penampilan mereka tetap memikat. Sampai semua yang hadir terpikat dan terkagum-kagum dibuatnya.

Nasir : Eh, kira-kira komandan datang nggak hari ini ?!

Abdul : Aku jamin, nggak bakalan. Paling-paling dia sedang molor kecapaian ! ( Tiba-tiba masuk sang komandan )

Komandan: Siapa yang kamu bilang molor, Dul ?!

Abdul : Eh, itu komandan, ehm .. anak-anak itu …tentu mereka kecapaian.

Komandan: Oh ya, tapi dimana mereka, ya ?!

Nasir : Kurang tahu, komandan.

Komandan: Dimana kira-kira aku bisa menemukan mereka ?!

Abdul : Apa mereka sudah nyolong sesuatu dari rumah komandan ?!

Nasir : Betul komandan, apa mereka sudah berlaku kurang senonoh di pesta tadi malam ?!

Komandan: Tidak, tidak. Kalian salah sangka. Tadi malam aku tidak melihat mereka pulang. Jadinya belum sempat mengucapkan terima kasih.

Abdul : Oh, saya kira mereka tak tahu diri dan berbuat kacau.

Nasir : Ya, saya juga mengira mereka telah mempermalukan komandan di depan para undangan komandan.

Komandan: Oh, tidak-tidak. Malahan tamu-tamuku banyak yang memuji mereka. Banyak diantaranya yang menanyakan dimana aku menemukan mereka. Dan sekarang aku mau minta tolong pada kalian berdua untuk menemui mereka.

Abdul : Mereka disuruh tampil lagi, komandan ?!

Komandan: Tidak, aku hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasihku pada mereka. Karena mereka telah tampil dengan baik dan dapat menghibur tamu-tamuku. Tolong sampaikan ini kepada mereka. ( Menyerahkan amplop ). Nah, aku pulang dulu, karena ada urusan yang harus kubereskan dulu, berkaitan dengan pesta tadi malam.

Abdul + Nasir : Baik, komandan !

Komandan: Tolong sampaikan kepada mereka sekarang juga !

Abdul + Nasir : Siap, komandan !! ( Komandan keluar )

Abdul : Sir, ayo kita berangkat ..

Nasir : Ayo !!! ( mereka berdua keluar )

  • Babak tiga

Sepotong trotoar di sebuah jalan, di sebuah kota. Abdul dan Nasir berjalan mencari Atet, Iwo dan Kemal. Terlihat keringat mulai menitik di dahi mereka, karena mentari mulai meninggi. Sambil berjalan mereka mendendangkan potongan lagu.

Abdul : Mengamen jangan mengamen

kalau tak pada tempatnya

mengamen boleh saja

asal dibagi dua …

Nasir : Huusss …

bertugas harus bertugas

tak boleh karena terpaksa

bertugas tentu saja

suka atau tak suka …

Abdul : Sir, kearah mana kita harus mencari mereka, ya ?!

Nasir : Kesana !!

Abdul : Kenapa kesana ?

Nasir : Karena disana ada warungnya si Mawar, si janda bahenol …

Abdul : Dasar buaya kamu, ayo … ( mereka berjalan sebentar ) Wah, lumayan capek nih.

Nasir : Ya, kakiku juga mulai pegel nih.

Abdul : Tapi kemana perginya anak-anak brekele itu, ya ?!

Nasir : He-eh, kalau dicari menghilang bagai setan, nah kalau lagi nggak dicari, eh, malah ngibing di depan mata. Dasar apa tuh …, kata kamu ?!

Abdul : Brekele …

Nasir : Ya, brekele …

Abdul : Tapi ngomong-ngomong, apa ya isi amplop itu ?!

Nasir : Maksud kamu ?

Abdul : Iya, amplop yang diberikan komandan untuk anak-anak itu.

Nasir : Huss, ini amanat tahu !!

Abdul : Eeeh, aku kan cuma pengen tahu isinya doang.

Nasir : Iya, ya. Apa ya, kira-kira isinya ?

Abdul : Makanya, buruan buka, biar kita tidak penasaran.

Nasir : Tapi dosanya kita bagi dua, ya ?!

Abdul : Dosa-dosa, buruan ah ! ( Nasir mengeluarkan dan membuka amplop ).

Nasir : Duit, isinya duit Dul !!

Abdul : Berapa banyak ? ( Nasir menghitung )

Nasir : Dua ratus ribu !!

Abdul : Dua ratus ribu ?! Wah banyak juga, ya !

Nasir : Iya, banyak …

Abdul : Bagaimana kalau kita meminjamnya sedikit untuk sarapan ?

Nasir : Meminjam bagaimana maksud kamu ?

Abdul : Ya, kita kan tidak mencuri atau merampoknya, kita hanya meminjamnya. Ya, hitung-hitung ongkos pengantaran. Nanti kalau kita ada rezeki kita kembaliin kepada mereka. Anu, ngomong-ngomong perutku sudah keroncongan, nih !!

Nasir : Boleh juga ide kamu. Tapi, dosanya kita bagi dua, ya ?!

Abdul : Dosa-dosa, buruan ! ( Nasir mengambil satu lembar 50 ribuan, segera dirampas oleh Abdul, kemudian dengan malu-malu dia mengambil 50 ribuan satu lagi untuk dirinya )

Kemudian, masuk Atet dan Kemal sambil berdendang. Kedua petugas itu buru-buru menyelipkan uang kutipan serta amplop itu kedalam kantung baju mereka.

Nasir : Itu mereka, hai .. kamu !! ( mendengar teriakan itu, atet dan Kemal lari, terus dikejar oleh kedua petugas. Mereka lari keliling panggung )

Abdul : Tunggu, tunggu dulu !! Kami datang bukan mau menangkap kalian …

Atet : Terus, mau ngapain dong ?!

Nasir : Mau ngasihin uang !!

Kemal : Ngasih uang buat apa ? ( mereka berhenti berkejaran )

Abdul : Kamu aja yang ngejelasin, Sir.

Nasir : Bapak komandan ingin menyampaikan ucapan terima kasih ala kadarnya. Karena berkat penampilan kalian yang bagus, tamu-tamunya menjadi terhibur. ( Nasir menyerahkan amplop terus keluar bersama Abdul. Sementara Atet dan Kemal bengong, seperti nggak percaya dengan kenyataan yang mereka hadapi )

Kemal : Duit ?! Wah, berapa banyak isinya, ya ?!

Atet : ( Mengeluarkan isi amplop ) Seratus ribu …

Kemal : Banyak amat ! Eh, Tet bagaimana kalau kita pinjam sedikit buat sarapan, perutku lapar nih !!

Atet : Tapi ini amanat buat kita bertiga. Bagaimana kalau kita tunggu Kemal dulu, sebentar lagi pasti dia datang. Nanti kita sarapannya sama-sama, bagaimana ?! ( Iwo masuk ) Tuh, Iwo sudah datang.

Iwo : Maaf friends, aku kebelet tadi. Tapi sekarang sih sudah lega, kita berangkat ?!

Atet : Wo, tadi petugas yang menangkap kita kemarin datang kemari. Komandannya menitipkan duit buat kita …

Iwo : Duit, berapa banyak ?!

Kemal : Seratus ribu.

Atet : Nah, ini uangnya. ( menyerahkan amplop ).

Iwo : Baik juga hati komandan itu, ya ?!

Atet + Kemal : Ya !!

Iwo : Nah, sekarang mari kita pergi kerumah makan Padang yang di belokan jalan itu. Kita pesan nasi kapau dengan ayam bakar bumbu balado yang lezat itu, setuju …

Atet + Kemal : Let’s go … ( mereka berjalan berputar-putar sambil bernyanyi )

Lagu Symphoni Anak Jalanan

Kucoba-coba menapis madu

madu kutapis sengat kudapat

kucoba-coba menulis lagu

lagu kutulis uang kudapat

Jamane-jamane jaman edan

asyik jadi anak jalanan

walaupun susah mencari makan

namun tak pernah menjadi beban

Sungguh enak anak-anak jalanan

anak jalanan banyak kawannya

walau disaku uang tak ada

tetap berdendang tertawa-tawa

Selesai

Parakan Resik, Mei 2004.

BIODATA PENULIS :

NAMA : IGN. Arya Sanjaya

ALAMAT : Jl. Parakan Resik No. 14

Bandung

Telp. : (022) 7501232

16 respons untuk ‘Naskah Drama “Symphoni Anak Jalanan”

Add yours

  1. Drama nya aku pinjam,dulu yaa buat UP B.indo hehe.. Oh iya lagu dangdut pengamen yang nyanyi syapa yaa aku cari gak ada.. 😞

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑